Ada Hal Ganjil di Film Parasite (SPOILER ALERT)

Hal Ganjil di Film Parasite (SPOILER ALERT)

Film Parasite lagi hits banget nih di dunia perinstragaman dan youtube. Selain karena film garapan Bong Joon-Ho ini menang di Palme d’Or, reviewer-reviewer film yang terkenal suka ngasih komentar pedas sekalipun dan jarang ngasih score bagus untuk film, ngasih score diatas 8 untuk film ini! beberapa bahkan memberikan score 10/10. Joko Anwar sang sutradara Pengabdi Setan yang hits aja sampai merekomendasikan film ini di instagramnya. Banyak juga yang bilang bagusnya ngalahin Avengers Endgame, dan nggak kalah bagus sama film-film saingannya yang sedang tayang dalam waktu bersamaan yaitu Man in Black : International, dan Toy Story 4. Percayalah, sehabis nonton trailernya gue nggak nyangka banget sih ceritanya akan sebagus itu. Pelajarannya, don’t judge a movie from the trailer!. Nah, disini gue akan jelasin tentang scene-scene yang banyak ditanyakan sama orang-orang karena menurut mereka membingingkan, lebih baik nggak ada atau nggak nyambung, here we go.

1. Cara yang dipakai Ki-Jung agar Da-Song nurut sama dia

Kalau kamu perhatikan di seluruh cerita, kamu pasti nggak pernah melihat Yeon-kyo, ibunya Da-Song dengan tegas berkata “tidak boleh” pada anaknya. Bahkan terlalu memanjakan, sampai-sampai karya lukisan anaknya dipajang dan dibingkai di rumahnya. Karena sang Ibu tak pernah melarang, tidak heran Da-Song tidak bisa tenang. Gue bisa menyimpulkan hal itu ketika Jessica (nama samaran Ki-Jung) datang dan sedang mengobrol dengan Yeon-kyo, Da-hye kakaknya menjitak dan menyuruh Da-Song untuk masuk ke kamarnya, dia mau-mau aja, tuh. Juga ketika saat hujan Da-Song ngotot ingin membangun tenda di halaman dan menetap disana semalaman, orang tuanya tidak melarang, justru mereka mengalah pada putranya dan tidur di ruang keluarga. Makanya Da-Song yang tidak mengenal otoritas yang lebih tinggi, langsung nurut ketika di “suruh” sedikit tanpa harus dikerasin.

2. Kenapa Ki-Woo terobsesi banget sama batu pemberian temannya?

Bagi yang sudah menonton, pasti tahu dong adegan batu besar yang selalu dijaga sama Ki-Woo pemberian temannya si ex-tutor dari anak perempuan sang keluarga kaya? Nah, menurut review dari channel seorang reviewer film #sumantranbigfood, batu itu ditafsirkan sebagai pinjaman hutang dan kebijakannya yang berlaku di korea. Untuk lengkapnya kamu bisa tonton di link ini

3. Waktu turun tangga untuk pulang ke rumahnya, ngapain Ki-Woo nunduk bengong dulu ngeliatin air yang ngalir deras?

Karena Ki-Woo sadar siapa dia. Dia dan keluarganya baru saja menikmati tinggal di rumah yang mewah dan nyaman, dengan pemandangan halaman yang indah. Namun dia sadar bahwa hidupnya yang seperti itu hanya sementara dan pada dasarnya dia hanya pengangguran yang miskin, bekerja sebagai pelipat kotak pizza, dan mempunyai rumah di bawah tanah dan tidak nyaman. Saat mereka masuk ke rumah si keluarga kaya, scenenya menampilkan bahwa mereka naik tangga, sebaliknya saat mereka kembali ke identitas aslinya dengan pulang ke rumah mereka, diperlihatkan adegan turun tangga.

4. Si orang tua kaya yang masih abu-abu sebenarnya mereka jahat/enggak?

Banyak yang beropini bahwa di film ini tidak ada peran antagonis/protagonisnya. Tidak ada yang baik ataupun jahat. Tapi kalau kalian menganalisa lagi, Orang tua yang kaya hanya baik kepada keluarga miskin yang mereka tahu mempunyai “latar belakang pendidikan”dan resume (palsu) yang bagus, jadi yang mereka tahu nggak miskin-miskin amat, menengah tepatnya. Kalau mereka tahu, mungkin mereka nggak akan sebaik itu, bahkan sebenarnya mereka cukup annoying pada bawahan-bawahannya. Ada 1 scene dimana Mr.Park memperingati supirnya untuk melakukan sesuatu yang beliau mau dan menegaskan bahwa itu tugas supirnya karena telah dibayar extra. Atau ketika Ki-Jung sekaratpun, mereka tetap lebih mempedulikan anak laki-laki mereka yang notabenenya cuma pingsan.

5. Alasan Ki-Taek membunuh Mr.Park

Padahal awalnya Ki-Taek masih berniat membantu Mr.Park loh walau putrinya sekarat, dengan melemparkan kunci mobil untuk membawa Da-Song ke rumah sakit. Tapi karena masalah yang dihadapinya kemarin, masalah rumahnya yang diterpa hujan, disuruh sang nyonya rumah untuk menemaninya berbelanja dan disuruh Mr.Park ikutan menyiapkan surprise saat ulang tahun Da-Song, dan jangan lupa waktu pulang dari supermarket Yeon-Kyo teleponan di mobil sambil selonjoran namun mengangkat kaki ke kursi depan dengan nggak sopannya, lalu putrinya yang tergeletak di tanah dan sekarat namun dari sekian banyak orang tidak ada yang peduli. Puncaknya adalah ketika Mr.Park menyingkirkan mayat Geun-Se/suaminya si ART (Asisten Rumah Tangga) yang lama sambil jijik dan menutup hidung demi mengambil kunci. Padahal, Ki-Taek tahu benar si Geun-Se ini respect banget sama Mr.Park dan mengaguminya, tapi malah diperlakukan seperti itu.

6. Kenapa nggak ada CCTV di rumah keluarga kaya?

Orang asia tepatnya korea, sangat menjunjung tinggi privasinya. Makanya mereka memasang CCTV hanya diluar rumah dan tidak ada satpam juga karena merasa tidak membutuhkannya. Apalagi mereka tinggal di kompleks perumahan mewah yang pastinya mempunyai satpam juga dan tingkat kriminalitas yang kecil. Lagipula, film ini kan realistis dan relate kepada masyarakat asia. Keluarga kaya yang digambarkan dalam film inipun tidak sekaya tokoh-tokoh dalam film Crazy Rich Asian yang mempunyai rumah bak istana dan bisa melakukan apapun yang mereka mau, seperti pesta tiap saat dan pindah-pindah dengan jet pribadinya. Orang kaya sesungguhnya tetap harus bekerja keras dan menjalani pendidikan yang tinggi guna bisa mencari uang sendiri untuk dia dan keluarganya kelak.

7. Untuk apa Geun-Se berkali-kali mengirimkan kode morse kalau pada akhirnya Da-Song nggak membantu?

Ada scene menunjukkan bagaimana Geun-Se berusaha meminta tolong pada Da-Song yang pernah belajar pramuka lewat kode morse. Namun, sampai akhir film seakan-akan adegan tersebut tidak berguna. Yah, sepertinya sih ini supaya merujuk penonton agar mengingat bahwa nyala matinya lampu-lampu tersebut adalah kode morse, karena diakhir Ki-Taek memakai cara yang sama untuk memberikan pesan pada putranya, Ki-Woo. Atau mungkin, akan ada sekuelnya. Karena endingnya sendiri berpeluang untuk sekuel filmnya, bisa saja mengambil sudut pandang si keluarga kaya, atau kehidupan si keluarga miskin setelah kejadian-kejadian yang mereka alami di film pertama.

Sehabis nonton bareng nyokap sih, doi bilang, “udah, gitu doang filmnya? Biasa aja, ah”. Yah, nggak bisa nyalahin doi juga sih yang sukanya nonton film hantu dan action yang berdarah-darah, bukan yang rumit dan mindblowing gini. Tapi menurut gue, film ini jenius banget. Nggak perlu CGI yang super canggih, cukup digarap dengan serius dan plot yang menarik namun relatable dan menghibur. Inget nggak saat Ki-Woo ngajarin anak perempuan keluarga Park bahasa inggris, doi nyuruh untuk membuat kalimat dengan kata “pretend”? hal sekecil dan seremeh itu saja sudah menjadi clue untuk lanjutan ceritanya, loh! Gue menganggap film ini paling bagus dan worth it menang festival karena banyak moralnya, tipikal film smart abis tapi bisa ditonton dari semua kalangan karena tata bahasa yang sederhana dan nggak rumit.

0 Comments

Post a Comment